“Kapal
kita sudah karam. Kamu harus mencari nahkoda yang baru.”
***
Adalah
hari-hari yang indah ketika kamu bisa bersama orang yang kamu sayang. Yang juga
menyayangimu tentunya. Demikianlah yang dirasakan wanita hebat ini. Senja
namanya. Jumat, 19 Januari awal Senja mengenal lelaki itu. Anggap saja namanya
Kelam. Perkenalannya adalah sebuah ketidaksengajaan. Ketika suatu hari, teman
Senja menjelajah di salah satu social media. Tak sengaja, Senja melihat lelaki
itu. Dia manis. Demikian Senja berbisik. Twitter adalah social media yang
mengawali percakapan Senja dan lelaki itu.
“Halo,
dek. Add fb kakak yah! Aku chayank kamoe”
“Assalamualaikum,
okay, kak!”
Seperti
kata lelaki itu, Senja pun menambahkan Kelam ke dalam pertemanannya.
“Adek
gingsul, minta nomor kontaknya dong!”
“Assalamualaikum,
untuk apa kak?”
“Sekedar
silahturahmi saja, dek.”
“Balas
salam! Ini kak 081319419xxx”
“Waalaikumsalam.
Ini nomor kakak dek, 085299399xxx”
Perkenalan
itu pun berlanjut. Senja dan Kelam. Nama yang memang sudah tak bisa bersatu
lagi, yah? :-)
Jumat,
10 Februari, Senja dan Kelam menjadi sebuah kita. Dua bulan pertama, semuanya
terlihat baik-baik saja. Hingga hari itu tiba. Kurang lebih satu bulan setelah
semuanya baik-baik saja. Kelam mungkin sudah tak tahan lagi dengan sifat Senja.
Senja yang pribadinya, bodoh dan tidak peka membuat Kelam menjadi sakit,
mungkin. Bagaimana tidak. Kelam yang telah berusaha membuat kejutan untuk
Senja, malah tak dihargai oleh Senja. Huhu. Senja benar-benar tak peka. Rasanya
ingin kucubit, Senja ini. Mungkin, saat itu dia bermimpi. Sepertinya, dia
terlalu lama tertidur. MUNGKIN!
Sejak
hari itu, Kelam menjadi orang yang berbeda. Tapi, senja tak menyadari
ketidakbiasaan itu dengan cepat. Senja. Ya, seperti biasa. Tak peka. Argh…
Ketidakbiasaan Kelam itu, membuat hubungan mereka menjadi renggang. Dan mungkin
membuat Kelam mencari partner untuk menjadi kita. Mungkin )-:
Dan
kalian tahu? Saat Senja benar-benar membutuhkan Kelam, Kelam malah menghindar. Seolah ingin menghilang dari
kehidupan Senja. Tapi, Kelam tak pernah bicara. Dia tak pernah meminta izin
pada Senja. Mungkin, dia ingin Senja membiarkannya pergi tanpa kata apapun. Dan
itu, sangat salah. Karena, Senja pastinya tak tau apa-apa. Senja bukan orang
yang gampang peka, Kelam. Huuu. Senja benar-benar seperti kehilangan tumpuan
saat itu. Iya. Saat Kelam menghindar itu loh. Senja mencoba meraih Kelam, tapi
Kelam memang tak ingin diraih lagi. Senja mencoba mempertahankan Kelam, tapi
Kelam memang tak ingin dipertahankan lagi. Ya. Senja berusaha menghapus Kelam.
Senja berusaha menghilangkan sebuah kita. Dan akhirnya, Senja menjadi aku dan
Kelam menjadi kamu. Tak ada sebuah kita lagi di sini. Dan betapa terlambatnya
Senja untuk mengetahui semua tentang Kelam. Senja baru menyadari ketidakbiasaan
Kelam itu, setelah sebuah kita menjadi aku dan kamu. Ya. Senja menyadari semua
itu ketika tak ada sebuah kita antara mereka lagi. Kalian tahu apa yang Kelam
katakan sebelum pergi? Sebelum sebuah kita benar-benar menjadi aku dan kamu?
“Kapal
kita sudah karam. Kamu harus mencari nahkoda yang baru.”
Ya.
Waktu tiga bulan itu, mungkin adalah waktu yang memang cukup lama untuk sebuah
kita berada di permukaan air. Waktu tiga bulan itu, mungkin adalah waktu yang
lama dan membuat sang nahkoda bosan dan ingin menjadi nahkoda untuk kapal yang
lain. Dan waktu tiga bulan itu, memang adalah waktu yang telah mengikat sebuah
kita di pelatarannya. Dan sekarang, Senja tak harus bersama nahkoda itu lagi.
Senja sudah mandiri. Walaupun, hari indah itu telah lewat. Senja akan tetap
menjadi aku. Dan Kelam? Entahlah. Aku mungkin tak harus tahu itu. Bukan. Senja
memang tak perlu tahu itu.
Salam
hebat dari Senja! ^_^