Sabtu, 05 April 2014

MUTIARA HATI SENTUH NURANI bagian 2: Kamu Lebih Cantik dengan Jilbab


“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, maka mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (Q.S Al-A’raaf: 26)

Saudariku yang sangat aku sayangi, uhibbuki fillah yaa ukhti …
Izinkan aku menyampaikan sebuah pesan untukmu …

Tentang jilbab …

Dunia telah bersaksi, sejarah telah mengakui, bahkan peradaban tak memungkiri bahwa wanita berjilbab telah ada sejak dulu, mereka adalah wanita pandai, mandiri, dan berprestasi. Lihatlah para intelektual kampus, para pelajar Indonesia di luar negeri dan wanita-wanita segudang prestasi yang kebanyakan dari mereka para muslimah yang kecantikannya tersembunyi di balik jilbabnya.

Siapakah dulu diriku?
Kabari aku tentang keindahan yang semu
Hingga aku berpaling asa dari mutiara yang terpendam
Siapakah kini?
Kabari aku tentang mutiara yang nampak
Yang berkilau cahayanya di balik jeruji keimanannya
Dialah Wanita Sholehah, yang menutupi tubuhnya dengan Jilbab!

Keraguan akan jilbab, mungkin akhwat banyak yang berpikiran seperti ini: “Bila diobral ria saja seorang wanita sulit ditengok peminat, apalagi ia menutup diri? Bila serba terbuka saja tak ada yang sudi berlabuh, apalagi mengunci mati?”
Memang butuh keyakinan tingkat tinggi untuk menembus batas ketidakmungkinan itu.

Mungkinkah seorang dungu dalam beragama bisa menutup aurat?
Mungkinkah menutup aurat ditengah komunitas anti jilbab?
Mungkinkah dengan rambut yang halus, kulit yang mulus, dan badan yang seksi harus tersembunyi di balik jilbab?
Mungkinkah tak rajin ibadah, bukan anak santri, mampu berjilbab dengan istiqamah?
Mungkinkah???
Jawabannya ya, itu sangat mungkin sekali!
Yang penting hatinya baik, akhlaknya baik, rajin ibadah, dan hatinya berjilbab.

Buat apa berjilbab kalau pacaran?
Buat apa berjilbab kalau akhlaknya rusak?
Buat apa berjilbab kalau suka ngomongin orang?
Buat apa???

STOP!!!
Hentikan!!!

Setidaknya salah satu kewajiban sebagai hamba Allah Subhanahu Wata’ala telah tertunaikan, dan yang lain mengenai akhlak, ibadah, status, itu urusan lain.
Bukan untuk saling melempar kekurangan.

Kalau engkau berpikir seperti itu, maka saya katakan:
Lalu bagaimana dengan para lelaki?
Tanyalah pria sholeh di rumah sebelah.
Tanyalah lelaki gaul di kelas sebelah.
Tanyalah preman di pasar terdekat.
Tanyalah cowok keren di pojok kampus.
Tanyalah mereka semua!
Bila harus memilih, wanita taat, baik, dan salih atau wanita gaul, yang cantik, dan seksi?
Mereka pasti memilih wanita taat beribadah, yang kehormatannya terjaga.

Dan sedungu-dungunya laki-laki, pasti merindukan wanita baik-baik. Hanya laki-laki yang bengal saja lebih memilih wanita nakal, itu karena keciutan nyalinya untuk mengejar wanita baik-baik. (Lihat surah An-Nur ayat 26)

Kupersembahkan sebuah puisi untukmu ukhti …

Kutitipkan surgaku, dalam dekapan kasihmu sayang
Bawakan asmaku dalam doa kerinduanmu pada-Nya
Dekap erat diriku dalam ketaatanmu pada-Nya
Dan cintailah diriku atas dasar cinta kepada-Nya

Saudariku, pernahkah kamu mengamati wanita-wanita cantik yang berjilbab dengan wanita-wanita cantik yang tidak berjilbab?

Coba perhatikan dengan seksama, saya yakin wanita cantik yang berjilbab kecantikannya akan lebih terpancar daripada wanita cantik yg tidak berjilbab.
Wanita cantik yang berjilbab akan terlihat lebih anggun dan bersinar daripada wanita cantik yang tidak berjilbab. Wanita cantik yang berjilbab ketika mereka berjalan akan lebih dihargai daripada wanita yang tidak berjilbab.

Oke ukhtiku ini kesimpulannya!

Percayalah!!!
Kecantikanmu takkan pudar hanya karena jilbab yang berkibar.
Keseksian tubuhmu takkan surut karena kamu berjilbab.
Kemulusan kulitmu akan lebih terjaga karena jilbab.
Dan cinta seorang hamba terhadapmu takkan mungkin terhalang oleh ribuan helai kain jilbab.
Saat cinta berlabuh, di sanalah tangan Allah berperan.
Sekali lagi, kamu lebih cantik dengan jilbab!!!



(Ukhti Fausiah Handayani Basri, dalam bukunya: Mutiara Hati Sentuh Nurani)