Minggu, 20 April 2014

MUTIARA HATI SENTUH NURANI bagian 5: Ulurkan Tanganmu


Saudariku Fillah Ulurkan Tanganmu, Mari Menggapai Keridhoan-Nya

Hari ini, akan kuketik bait demi bait ungkapan cintaku kepadamu wahai saudariku muslimah. Ini terlahir atas keprihatinanku sebagai seorang saudari yang menginginkan kebaikan atas dirimu. Simaklah dengan hatimu, jangan lewatkan huruf demi hurufnya, rasakan aliran cinta itu mengalir lewat pembuluh sarafmu, jika engkau merasakan sesuatu yang sesak ketika membacanya, maka berbahagialah karena itu pertanda hatimu masih hidup. Namun jika tidak, maka carilah kemana hatimu pergi meninggalkan jasad dan fitrahmu.

Wahai saudariku yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wata’ala, dimana iffah dan izzahmu ketika auratmu terumbar di hadapan orang-orang yang tidak berhak untuk itu?

Apakah engkau merasa bangga dengan pujian lisan-lisan mereka yang sesungguhnya merupakan kehinaan besar untukmu?

Keindahan yang engkau miliki wahai muslimah pendamba surga, tak sebanding dengan pujian yang mereka lontarkan, karena Allah Subhanahu Wata’ala telah menjadikanmu mutiara yang bernilai sangat mahal, tapi kini, kau jual dengan harga murah, kau jual ia dengan pandangan mata para pemujamu, kau jual ia dengan cinta manusia yang terbatas, kau jual ia dengan pujian-pujian hina yang membuat Rabbmu murka.
Ittaqillah! Bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala wahai saudariku, Allah Subhanahu Wata’ala tidak buta, Dia melihat tiap detik gerakmu, bahkan apa yang terlintas dalam hatimu. Bisakah engkau bayangkan tatkala Allah Subhanahu Wata’ala memanggilmu di hari kiamat padahal engkau datang dengan setumpuk dosa?

Bagaimana jika Allah Subhanahu Wata’ala kelak meminta pertanggungjawaban atas tiap helai rambut indahmu yang senantiasa kau ubah modelnya untuk kau pertontonkan kepada mereka?
Bagaimana jika kelak Allah Subhanahu Wata’ala meminta pertanggungjawaban atas wajah cantikmu yang kau hias hingga bertambahlah keindahannya?
Bagaimana jika Allah Subhanahu Wata’ala kelak meminta pertanggungjawaban atas suara lembutmu yang bisa meluluhkan para lelaki?

Wahai saudariku, renungkanlah ayat-ayat Allah Subhanahu Wata’ala!
“… Dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliyah dahulu” (Q.S Al Ahzab: 33)

“… Maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) hingga bangkit nafsu orang yang berpenyakit di dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik” (Q.S Al Ahzab: 32)

“… Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri yang mukmin, ‘hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak terganggu dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (Q.S Al Ahzab: 59)

Adakah ayat-ayat ini yang menggetarkan jiwa-jiwamu wahai saudariku?
Adakah udzur (alasan) yang akan kau lontarkan di hadapan Rabb-Mu ketika engkau berada di pengadilan-Nya yang hakiki?

Adakah engkau akan mengelak dari setiap catatan yang telah dihamparkan di hadapanmu?
Atau engkau akan menjawab, aku belum mampu melaksanakannya? Padahal ketetapan Allah Subhanahu Wata’ala ini berlaku untuk seluruh manusia.

“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasulullah-nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan nada (pilihan yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasulullah-Nya, maka sungguh ia tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Q.S Al Ahzab: 36)

Atau engkau akan meminta dikembalikan ke dunia untuk meperbaiki diri walau hanya sekejap?
Oh, tidak saudariku fillah.
Wallahi, aku dan engkau tak akan diberi tangguh.

Maka berbahagialah orang-orang yang datang dengan membawa catatan amal yang ia terima dengan tangan kanannya, berbahagialah burung-burung yang beterbangan sesuka hati mereka kemudian mati dan tidak dimintai pertanggungjawaban.
Sedang kita, bersenang-senanglah di dunia tapi tak aka nada yang menjaminkanmu bisa keluar dari kesengsaraan menjadi penghuni neraka. Wal iyadzu billah.
Aku sama sekali tak menjaminkan diriku wahai ukhti, seruan di atas juga berlaku untuk diriku yang hina ini.
Dan engkau wahai saudariku, penyejuk mata hatiku. Bantulah aku untuk menyelamatkan dirimu!

Hadirkanlah hatimu untuk menyaksikannya!
Pasanglah telingamu untuk mendengarkan firman Rabbmu!
Bertasbihlah menyebut nama-Nya yang Maha Pemberi Petunjuk dan Memberi Pertolongan!

Rabbmu telah berfirman kepadamu yang artinya:
“Katakanlah: ‘Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.” (Q.S Az Zumar: 53)

Pintu taubat belum tertutup, jangan biarkan syaithan la’natullah membisikkan hal-hal yang dapat memutuskan harapan ampunan dari Allah Subhanahu Wata’ala, berprasngka baiklah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Rabbmu berfirman dalam sebuah hadits qudsi:
“Hai anak Adam, sesungguhnya selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni apa yang telah engkau perbuat dan Aku tidak peduli..
Hai anak Adam, sekiranya dosa-dosamu sepenuh langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli.”
(HR. At Tirmidzi (3540) dalam kitab Ad Da’awaat ‘ala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam)

Wahai saudariku, apakah dengan mendengar seruan ini, engkau masih enggan datang?
Apakah air matamu telah mongering hingga tak lagi mampu menangis? Atau hatimu mati?
Kemarilah Saudariku, ulurkan tanganmu, akan kugenggam erat agar kita bisa berjuang tuk menggapai jannah-Nya.
Bangkitlah, usap air matamu.
Ambillah air wudhu, dirikanlah shalat 2 rakaat,
Panjangkan sujudmu tuk meminta belas kasih-Nya.
Hinakan dirimu di hadapan-Nya.
Tengadahkan tanganmu, memintalah, menyungkurlah, tangisi dirimu, dan berjanjilah untuk tak membuat-Nya cemburu!

“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari rabb kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa… ” (Q.S Ali ‘Imran: 133)

Wahai saudariku, dalam lantunan do’aku aku berharap, semoga ukhuwah (persaudaraan) ini, menjadi sebab bagi kita diseru oleh Allah Subhanahu Wata’ala di hari kiamat sebagai golongan yang mendapat naungan, di mana tidak ada naungan saat itu selain naungan-Nya.

Ya Rabb, saksikanlah! Telah kutegakkan hujjah atas mereka, aku berlepas diri jika mereka masih berpaling, dan ampunilah aku atas segala dosa dan khilafku.

Saudariku, tidakkah kau tahu bahwa kuingin meraih surga bersamamu? Dengan hijabmu dan selaras dengan akhlakmu sebagai perwujudan diri dari identitas muslimah itu yang insya Allah akan mengantarkan kita di jannah-Nya.
Saudariku yang kusayangi karena Allah Subhanahu Wata’ala, pakailah jilbabmu, pakailah!
Pakailah yang sesuai dengan syariat dan tuntunan Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wassalam. Pakailah hijabmu yang dengan demikian engkaupun terlihat mulia dan berharga di mata manusia juga di amat Allah Subhanahu Wata’ala. Maka, saat ini aku hanya bisa berdoa. Semoga kita bertemu di surga kelak. Aamiin. 
(Ukhti Fausiah Handayani Basri, dalam bukunya: Mutiara Hati Sentuh Nurani)