Saudariku Fillah Ulurkan Tanganmu, Mari Menggapai Keridhoan-Nya
Hari ini, akan kuketik bait demi bait ungkapan cintaku kepadamu wahai saudariku muslimah. Ini terlahir atas keprihatinanku sebagai seorang saudari yang menginginkan kebaikan atas dirimu. Simaklah dengan hatimu, jangan lewatkan huruf demi hurufnya, rasakan aliran cinta itu mengalir lewat pembuluh sarafmu, jika engkau merasakan sesuatu yang sesak ketika membacanya, maka berbahagialah karena itu pertanda hatimu masih hidup. Namun jika tidak, maka carilah kemana hatimu pergi meninggalkan jasad dan fitrahmu.
Wahai
saudariku yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu
Wata’ala, dimana iffah dan izzahmu ketika auratmu terumbar di hadapan
orang-orang yang tidak berhak untuk itu?
Apakah engkau
merasa bangga dengan pujian lisan-lisan mereka yang sesungguhnya merupakan
kehinaan besar untukmu?
Keindahan
yang engkau miliki wahai muslimah pendamba surga, tak sebanding dengan pujian
yang mereka lontarkan, karena Allah Subhanahu
Wata’ala telah menjadikanmu mutiara yang bernilai sangat mahal, tapi kini,
kau jual dengan harga murah, kau jual ia dengan pandangan mata para pemujamu,
kau jual ia dengan cinta manusia yang terbatas, kau jual ia dengan
pujian-pujian hina yang membuat Rabbmu murka.
Ittaqillah!
Bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala wahai
saudariku, Allah Subhanahu Wata’ala
tidak buta, Dia melihat tiap detik gerakmu, bahkan apa yang terlintas dalam
hatimu. Bisakah engkau bayangkan tatkala Allah Subhanahu Wata’ala memanggilmu di hari kiamat padahal engkau datang
dengan setumpuk dosa?
Bagaimana
jika Allah Subhanahu Wata’ala kelak
meminta pertanggungjawaban atas tiap helai rambut indahmu yang senantiasa kau
ubah modelnya untuk kau pertontonkan kepada mereka?
Bagaimana
jika kelak Allah Subhanahu Wata’ala
meminta pertanggungjawaban atas wajah cantikmu yang kau hias hingga
bertambahlah keindahannya?
Bagaimana
jika Allah Subhanahu Wata’ala kelak
meminta pertanggungjawaban atas suara lembutmu yang bisa meluluhkan para
lelaki?
Wahai
saudariku, renungkanlah ayat-ayat Allah Subhanahu
Wata’ala!
“… Dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah
laku) seperti orang-orang jahiliyah dahulu” (Q.S Al Ahzab: 33)
“… Maka janganlah kamu tunduk (melemah
lembutkan suara) hingga bangkit nafsu orang yang berpenyakit di dalam hatinya,
dan ucapkanlah perkataan yang baik” (Q.S
Al Ahzab: 32)
“… Wahai Nabi, katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri yang mukmin, ‘hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, yang demikian itu agar
mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak terganggu dan Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang”
(Q.S Al Ahzab: 59)
Adakah
ayat-ayat ini yang menggetarkan jiwa-jiwamu wahai saudariku?
Adakah udzur
(alasan) yang akan kau lontarkan di hadapan Rabb-Mu ketika engkau berada di
pengadilan-Nya yang hakiki?
Adakah engkau
akan mengelak dari setiap catatan yang telah dihamparkan di hadapanmu?
Atau engkau
akan menjawab, aku belum mampu melaksanakannya? Padahal ketetapan Allah Subhanahu Wata’ala ini berlaku untuk
seluruh manusia.
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang
mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasulullah-nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan nada (pilihan yang lain) bagi mereka tentang
urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasulullah-Nya, maka
sungguh ia tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Q.S Al Ahzab: 36)
Atau engkau akan meminta dikembalikan ke dunia untuk meperbaiki diri walau hanya sekejap?
Oh, tidak
saudariku fillah.
Wallahi, aku
dan engkau tak akan diberi tangguh.
Maka
berbahagialah orang-orang yang datang dengan membawa catatan amal yang ia
terima dengan tangan kanannya, berbahagialah burung-burung yang beterbangan
sesuka hati mereka kemudian mati dan tidak dimintai pertanggungjawaban.
Sedang kita,
bersenang-senanglah di dunia tapi tak aka nada yang menjaminkanmu bisa keluar
dari kesengsaraan menjadi penghuni neraka. Wal iyadzu billah.
Aku sama
sekali tak menjaminkan diriku wahai ukhti, seruan di atas juga berlaku untuk
diriku yang hina ini.
Dan engkau
wahai saudariku, penyejuk mata hatiku. Bantulah aku untuk menyelamatkan dirimu!
Hadirkanlah
hatimu untuk menyaksikannya!
Pasanglah
telingamu untuk mendengarkan firman Rabbmu!
Bertasbihlah
menyebut nama-Nya yang Maha Pemberi Petunjuk dan Memberi Pertolongan!
Rabbmu telah
berfirman kepadamu yang artinya:
“Katakanlah: ‘Hai hamba-hambaKu yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah.” (Q.S Az
Zumar: 53)
Pintu taubat
belum tertutup, jangan biarkan syaithan la’natullah membisikkan hal-hal yang
dapat memutuskan harapan ampunan dari Allah Subhanahu
Wata’ala, berprasngka baiklah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Rabbmu
berfirman dalam sebuah hadits qudsi:
“Hai anak
Adam, sesungguhnya selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku
akan mengampuni apa yang telah engkau perbuat dan Aku tidak peduli..
Hai anak
Adam, sekiranya dosa-dosamu sepenuh langit, kemudian engkau meminta ampun
kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli.”
(HR. At
Tirmidzi (3540) dalam kitab Ad Da’awaat ‘ala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam)
Wahai
saudariku, apakah dengan mendengar seruan ini, engkau masih enggan datang?
Apakah air
matamu telah mongering hingga tak lagi mampu menangis? Atau hatimu mati?
Kemarilah
Saudariku, ulurkan tanganmu, akan kugenggam erat agar kita bisa berjuang tuk
menggapai jannah-Nya.
Bangkitlah,
usap air matamu.
Ambillah air
wudhu, dirikanlah shalat 2 rakaat,
Panjangkan
sujudmu tuk meminta belas kasih-Nya.
Hinakan
dirimu di hadapan-Nya.
Tengadahkan
tanganmu, memintalah, menyungkurlah, tangisi dirimu, dan berjanjilah untuk tak
membuat-Nya cemburu!
“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari
rabb kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa… ” (Q.S Ali ‘Imran: 133)
Wahai
saudariku, dalam lantunan do’aku aku berharap, semoga ukhuwah (persaudaraan)
ini, menjadi sebab bagi kita diseru oleh Allah Subhanahu Wata’ala di hari kiamat sebagai golongan yang mendapat
naungan, di mana tidak ada naungan saat itu selain naungan-Nya.
Ya Rabb,
saksikanlah! Telah kutegakkan hujjah atas mereka, aku berlepas diri jika mereka
masih berpaling, dan ampunilah aku atas segala dosa dan khilafku.
Saudariku,
tidakkah kau tahu bahwa kuingin meraih surga bersamamu? Dengan hijabmu dan
selaras dengan akhlakmu sebagai perwujudan diri dari identitas muslimah itu
yang insya Allah akan mengantarkan kita di jannah-Nya.
Saudariku
yang kusayangi karena Allah Subhanahu
Wata’ala, pakailah jilbabmu, pakailah!
Pakailah yang
sesuai dengan syariat dan tuntunan Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wassalam. Pakailah hijabmu yang dengan demikian
engkaupun terlihat mulia dan berharga di mata manusia juga di amat Allah Subhanahu Wata’ala. Maka, saat ini aku
hanya bisa berdoa. Semoga kita bertemu di surga kelak. Aamiin.
(Ukhti Fausiah Handayani Basri, dalam
bukunya: Mutiara Hati Sentuh Nurani)