Minggu, 13 April 2014

MUTIARA HATI SENTUH NURANI bagian 3: Ukhti, Berjilbablah!


Ukhti Berjilbablah!!!
Masihkah ini yang Kau Ucapkan???
“Insya Allah yang Penting Hati Dulu yang Berjilbab”
Ada seorang wanita yang dikenal taat beribadah. Ia kadang menjalankan ibadah sunnah. Hanya satu kekurangannya, Ia tak mau berjilbab. Menutup auratnya. Setiap kali ditanya ia hanya tersenyum dan menjawab, “Insya Allah yang penting hati dulu yang berjilbab”. Sudah banyak orang yang menanyakan maupun menasehatinya. Tapi, jawabannya tetap sama.

Hingga di suatu malam, ia bermimpi sedang di sebuah taman yang sangat indah. Rumputnya sangat hijau, berbagai macam bunga bermekaran. Ia bahkan bisa merasakan segarnya udara dan wanginya bunga. Sebuah sungai yang sangat jernih hingga dasarnya kelihatan, melintas dipinggir taman. Semilir angin pun ia rasakan di sela-sela jarinya.

Ia tak sendiri. Ada beberapa wanita disana yang terlihat juga menikmati keindahan taman. Ia pun menghampiri salah satu wanita. Wajahnya sangat bersih seakan-akan memancarkan cahaya yang sangat lembut.

“Assalamu’alaikum, saudariku …“

“Wa’alaikum salam, selamat datang saudariku …“

“Terima kasih, apakah ini surga?”

Wanita itu tersenyum, “Tentu saja bukan, saudariku. Ini hanyalah tempat menunggu sebelum ke surga”

“Benarkah? Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja sudah seindah ini.”
Wanita itu tersenyum lagi.

“Amalan apa yang bisa membuatmu kemari saudariku?”

“Aku selalu menjaga waktu shalat dan aku menambahnya dengan ibadah sunnah”

“Alhamdulillah..”

Tiba-tiba jauh di ujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu terbuka, dan ia melihat beberapa wanita yang berada di taman mulai memasukinya satu persatu.

“Ayo kita ikut mereka”, kata wanita itu setenagh berlari.

“Apa di balik pintu itu?”, katanya sambil mengikuti wanita itu.

“Tentu saja surga, saudariku”. Larinya semakin cepat.

“Tunggu, tunggu aku..”

Dia berlari namun tetap tertinggal. Wanita itu hanya setengah berlari sambil tersenyum kepadanya. Ia tetap tak mampu mengejarnya meski sudah berlari. Ia berteriak:

“Amalan apa yang telah kau lakukan hingga engkau begitu ringan?
“Sama dengan engaku saudariku”, jawab wanita itu sambil tersenyum.
Wanita itu telah mencapai pintu, sebelah akakinya telah melewati pintu. Sebelum wanita itu melewati pintu sepenuhnya, ia berteriak pada wanita itu.

“Amalan apalagi yang kau lakukan yang tidak kulakukan?”

Wanita itu menatapnya dan tersenyum. Lalu berkata:

“Apakah kau tak memperhatikan dirimu, apa yang membedakan dengan diriku?”

Ia sudah kehabisan napas, tak mampu lagi menjawab.

“Apakah kau mengira Rabbmu akan mengijinkanmu masuk ke surga-Nya tanpa jilbab menutup auratmu?”

Tubuh wanita itu telah melewati pintu, tapi tiba-tiba kepalanya mengintip keluar, memandangnya dan berkata: “Sungguh sangat disayangkan amalanmu tak mampu membuatmu mengikutiku memasuki surga ini untuk dirimu. Cukuplah surga hanya sampai hatimu karena niatmu adalah menghijabi hatimu”.

Ia tertegun, lalu terbangun dan beristigfar lalu mengambil air wudhu. Ia tunaikan shalat malam. Menangis dan menyesali perkataannya dulu. Kemudian berjanji pada Allah sejak saat itu ia akan menutup auratnya.




(Ukhti Fausiah Handayani Basri, dalam bukunya: Mutiara Hati Sentuh Nurani)